Pertanyaan-pertanyaan berikut dijawab oleh Al Ustaadz Abuu Muhammad Dzulqarnain hafizhahullaah
Ditranskrip dari Daurah Jakarta, 13 Muharram 1430 H/10 Januari 2009, oleh Ummu Hafizhah Assalafiyyah
5. Apa kitab-kitab yang paling utama dipelajari bagi orang-orang yang baru mulai kembali kepada agama dan sunnah?
Yang pertama, bagi orang-orang yang taubat dan kembali kepada sunnah Rasuulullaah shallaallaahu ‘alaihi wasallam hendaknya mempelajari buku-buku yang merupakan ushulul i’tiqad (pokok-pokok keyakinan) yang disepakati dari kalangan para shahabat sampai para ‘ulamaa di zaman ini. Pokok-pokok keyakinan ini membenarkan agama kita. Seperti mempelajari kitaab Syarhu Sunnah karya Imaam Albarbahariyy rahimahullaah, atau Ushulussunnah karya Imaam Ahmad rahimahullaah, atau Ushulussunnah karya Imaam Ibnu Abii Haatim rahimahullaah, kemudian Syarh Ushul I’tiqad Ahlissunnah waljamaa’ah karya Imaam Al Lalika’i rahimahullaah…dan lain-lain dari buku-buku pokok. Supaya dia punya pondasi yang kokoh. Jangan mengaku dirinya di atas manhaj Salaf, tapi dia tidak mengerti ushul manhaj Salafiyy. Sehingga akhirnya, dia melakukan perbuatan-perbuatan orang Khawaarij, atau perbuatan-perbuatan orang Ikhwaanul Muslimiin, sedangkan dia sangka dirinya di atas manhaj Salaf. Karena itu, butuh pokok atau dasar untuk mengetahui bagaimana syari’at Islaam ini.
Kemudian yang kedua, hendaknya banyak kembali kepada para ‘ulamaa dan kembali kepada orang-orang yang berilmu. Sebab kalau ingin mempelajarinya sendiri—kalau baru mengenal manhaj Salaf—apalagi saat ini penuh dengan fitnah, apalagi kalau tidak tau baca bahasa ‘Arab, kebanyakan buku yang dia baca, padahal buku-buku tersebut adalah buku-buku yang harus disaring lagi dengan saringan yang harusnya kuman pun ikut tersaring di sini. Tapi kenyataan yang ada sekarang, banyak kitaab yang beredar dan—Allaahul Musta’aan—sangat disesalkan, justru malah merusak generasi muda.
6. Ada seorang ahli operasi dengan menggunakan cutter yang sedang naik daun (tidak tahu siapa namanya). Dia mampu mengobati pasien hanya dengan sebuah cutter tanpa bius, dan tanpa rasa sakit, dan bukan…yang sembuh, tapi bekas setelah diperban kurang lebih lima menit. Dia menerima pasien tanpa batasan agama. Dan kegiatan dia yaitu memeriksa pasien melalui batu alam, sehingga seakan-akan mengetahui sesuatu yang ghaib. Apakah tetap tidak boleh seorang muslim berobat kepadanya? Tapi…muslim tersebut memberi tahu jenis penyakitnya dan tidak perlu dibaca lagi melalui batu alam.